Blog Seputar Dunia Psikologi

Mengobati Rasa Kecewa

Tidak ada satupun orang yang tidak pernah kecewa. Mereka semua merasakan hal yang sama. Sakit, benci, sedih dan menyesal. Semua perasaan tersebut menjadi satu. Tak jarang ada yang bahkan ingin berniat membunuh orang yang membuatnya kecewa. Mencaci maki tiada henti. Dendam yang terus menerus di pupuk. Hingga pada akhirnya, mereka tidak sadar kalau sedang merusak diri sendiri karena berawal dari rasa kecewa yang tidak kunjung diobati.

Mengobati Rasa Kecewa Dengan Terapi Spiritual dari Sudut Pandang PsikologiKalau kita berpikir dan merenung sejenak. Mengapa Tuhan mengirimkan utusan yang hampir di setiap tahapan kehidupannya selalu mendapatkan masalah yang luar biasa? Dicaci, dibenci, diasingkan dan diperangi sudah menjadi tantangan tersendiri bagi para utusan Tuhan. Pantaslah jika Tuhan mengirimkan mereka sebagai contoh yang baik bagi para hamba-hambaNya.

Tetapi.. apakah kita mau meneladani sifat dan sikap para utusan di dalam kehidupan kita?

Pertanyaan yang sangat sederhana namun berat jika dilakukan. Ya.. tidak ringan dilakukan karena banyak faktor yang dapat kita jadikan ‘Alasan’.  Alasan-alasan yang selalu kita jadikan tameng untuk menjadi makhluk Tuhan yang kehidupannya lebih baik, damai, penuh makna serta terhindar dari hal-hal buruk yang dapat menimpa. Padahal jika kita kupas satu persatu dalam sudut pandang psikologi, kita akan temukan bahwa memang alasan-alasan tersebut menjadi hancurnya kehidupan kita yang lebih baik dan terhindar dari rasa kecewa yang berkelanjutan.

Ada dua kategori manusia yang dilihat dari aksi mereka, yaitu manusia yang bergelar MA. Manusia pertama yang bergelar MA lebih cenderung dinilai negatif. Kehidupannya pun tidak berkembang dan selalu menganggap ada masalah dibalik peluang-peluang hebat untuk menyembuhkan diri sendiri. Manusia ini adalah ‘Master of Alasan’. Sedangkan manusia kedua, juga memiliki gelar MA tetapi cenderung dinilai positif dan produktif. Kehidupannya penuh makna, mampu menemukan solusi diblaik masalah-masalah yang ia hadapi dan tipe orang yang dapat menyembuhkan dirinya sendiri diantara rasa sakit yang kemudian menjelma menjadi rasa kecewa. Manusia ini adalah ‘Master of Action’.

Dalam psikologi, apabila kita tidak melakukan apa-apa ketika mendapat masalah, maka beban-beban masalah tersebut akan menumpuk terus menerus. Beban masalah yang menumpuk dapat membuat orang memiliki pandangan negatif pada orang di sekitarnya. Walhasil, kepercayaan, ketulusan, keikhlasan, kesabaran serta kesejatian dari orang-orang di sekitarnya tidak dapat mereka lihat. Berganti dengan kekecewaan yang mendalam, merasa tidak butuh pertolongan, ruwet pikirannya, berpikir subjektif serta tidak mampu untuk membuka pikirannya pada kemungkinan-kemungkinan lain. Seringkali merasa ketakutan dan hatinya kecil.

Beban masalah menjadi sangat ringan apabila kita mau untuk saling memahami orang lain. Mengerti akan kondisi diri sendiri yang butuh akan support dari orang-orang sekitar. Jangan pula membatasi diri pada kemungkinan-kemungkinan baik yang hadir walau itu sebatas sapaan dan senyuman dari orang-orang sekitar. Cari sisi lembut dari setiap orang karena tidak ada manusia yang tidak memiliki sisi lembut. Mereka semua memperjuangkan apapun yang diyakininya untuk menolong orang-orang yang disayanginya lalu mendoakan mereka lekas menjadi orang yang lebih baik dari sebelumnya.


Percaya atau tidak, jika kita memahami satu sama lain lalu mampu bersikap yang tepat serta tidak menuntut orang lain untuk memahami kita tetapi menuntut diri kita sendiri memahami orang lain walau pernah sakit hati, Tuhan akan mendatangkan kebaikan dan rizki dari pintu mana saja. Tidak harus langsung kita terima. Bisa jadi Tuhan memberikannya melalui perubahan orang yang kita sayangi menjadi lebih baik. 
0 Komentar untuk "Mengobati Rasa Kecewa "

Back To Top