Siapa yang gak peka? Angkat tangannya tinggi-tinggi. Hehehe XD
Kalau kamu bertemu dengan orang yang gak peka, rasanya gimana? Jengkel? Sebel? Marah? atau nyesek? Ehm.. jangan-jangan kamu sendiri orang yang gak peka? XD Duh.. kasian orang-orang tercinta kamu kalau kamu gak peka. Gimana coba? Udah kode-kode dari jaman dinousaurus, nyadarnya di jaman millenium. Hahaha XD
Bagi anak-anak psikologi, kepekaan ini skill yang sangat penting untuk dimiliki. Mereka harus punya skill ini agar dapat memahami secara utuh orang-orang denga kepribadian dan masalah yang berbeda-beda. Mereka yang tidak memiliki skill ini, akan kesulitan mendampingi orang-orang yang meminta bantuannya dalam menyelesaikan masalahnya.
Mengapa demikian?
Jika diilustrasikan, ada dua orang yang berinisial A dan Z yang memiliki permasalahan yang sama persis. Tetapi, karena A memiliki kepribadian pejuang, maka masalah tersebut dianggap sebagai batu lompatan dia. Sedangkan Z merespon masalahnya dengan banyak sekali keluhan-keluhan. A dan Z, walau penyikapan terhadap masalahnya berbeda, tetapi ekspresi mereka dan segala body language sama-sama datarnya hampir-hampir tidak menunjukkan adanya masalah. Disinilah tantangan bagi anak-anak psikologi. Kalau misal mereka tidak peka, bagaimana mungkin mereka dapat menafsirkan bahasa-bahasa tubuh mereka?
Ilustrasi masalah di atas, dapat dibilang case yang sangat mudah. Nah.. kalau ketemu case yang luarbiasa susahnya, bagaimana mungkin mereka dapat menangkap dan memahami sebuah peristiwa kalau kemampuan peka saja tidak mereka miliki?
Contohnya : Ada orang yang curhat kepada anak psikologi. Dia curhat tentang tetangganya yang setiap hari bertengkar. Sembari curhat, dia mencoret-coret sebuah kertas. Selain mencorat-coret kertas, dia juga ngemil tiada hentinya. Seringkali mengambil nafas panjang seusai menyelesaikan satu kalimat yang dia ucapkan.
Kalau kita analisis, orang yang curhat tersebut merasakan apa yang dirasakan oleh tetangga. Terlihat dia bercerita kisah tetangganya dengan membawa beban berat. Tetapi.. disisi lain bisa jadi orang yang menceritakan itu juga memiliki pengalaman yang tidak jauh beda dengan tetangganya.
Jadi.. bisa dibilang, orang yang curhat tersebut, memproyeksikan dirinya ‘pada’ cerita tetangga yang dia ceritakan ke anak psikologi.
Well.. itulah sekilah pembahasan kemampuan kepekaan. Orang yang peka itu orang yang cerdas. Sebagai penutup ada satu pepatah dari arab yang artinya : “Orang pintar itu cukup diberi isyarat”.
2 Komentar untuk "‘Peka’ : Kecerdasannya Orang-Orang Cerdas"
Bila ada menu dwonload pasti lebih bagus. entah itu dalam bentuk pdf maupun doc
terima kasih
Masukkannya ditamppung kak :))